KLIK ANIME – Siapa bilang anime cuma soal aksi dan kisah cinta?
The Apothecary Diaries Season 2 datang membawa sesuatu yang jauh lebih tajam: kritik sosial yang dibungkus dalam kisah istana yang elegan namun sarat intrik.
Lewat karakter-karakter perempuan yang cerdas dan penuh daya tahan, anime ini menyoroti ketidaksetaraan gender secara halus tapi menghujam.
Kunci Rahasia di Balik Dinding Istana
Di balik megahnya Istana Belakang, tersembunyi fakta pahit—banyak selir dan pelayan perempuan tak bisa membaca.
Bukan karena mereka bodoh, tapi karena akses terhadap pendidikan memang dibatasi untuk mereka.
Di sinilah Maomao dan Jinshi hadir dengan ide “nyeleneh” tapi efektif: menyebarkan buku-buku erotis untuk menarik minat baca.
Jangan salah sangka, bukan isi bukunya yang jadi poin utama.
Xiaolan, teman Maomao, memang awalnya terpikat oleh cerita panas dalam buku itu, tapi lama-kelamaan ia sadar, kemampuan membaca justru memberinya kekuatan.
Dengan melek huruf, ia punya kendali lebih atas hidupnya—sebuah langkah kecil menuju kebebasan dalam dunia yang dikurung aturan laki-laki.
Cantik Itu Berbahaya? Maomao Punya Strategi
Di dunia The Apothecary Diaries, kecantikan adalah mata uang, tapi juga jebakan.
Kasus Lady Lihua menjadi bukti nyata: ia rela menggunakan makeup beracun demi mempertahankan wajah mudanya, namun harus membayar dengan nyawa anaknya dan kehilangan status sebagai selir utama.
Maomao paham betul bahayanya menjadi terlalu mencolok. Ia bahkan sengaja menambahkan bintik-bintik di wajahnya untuk menyamarkan kecantikannya.
Ini bukan soal rendah diri, tapi strategi bertahan hidup. Di lingkungan istana yang penuh persaingan dan manipulasi, menjaga diri adalah segalanya—bahkan jika itu berarti “menjelekkan” diri sendiri.
Perempuan Dijadikan Alat Politik Sejak Dini
Putri Lingli, anak dari selir Gyokuyou, masih kecil. Tapi nasibnya sudah ditentukan: menjadi pion dalam pernikahan politik. Namun Gyokuyou bukan ibu yang pasrah begitu saja.
Ia meminta Maomao mengajarkan Lingli tentang racun dan herbal—bukan untuk menyakiti, tapi untuk bertahan.
Ini adalah pesan tersirat yang kuat: jika tak bisa menghindari sistem, maka kuasailah sistem itu. Dengan pengetahuan, Lingli diharapkan bisa melindungi dirinya sendiri dalam dunia dewasa yang penuh kepalsuan dan bahaya.
Sistem Patriarki yang Membungkam Talenta
Maomao adalah ahli obat-obatan yang luar biasa. Tapi apa daya, gelarnya tak diakui. Di istana, hanya pria yang boleh disebut sebagai pembuat obat resmi.
Jinshi bahkan memperingatkan Maomao untuk menyembunyikan kemampuannya, demi keselamatan.
Hal ini memperlihatkan bagaimana sistem patriarki membatasi ruang gerak perempuan, bahkan ketika mereka memiliki kapasitas yang setara—atau bahkan lebih unggul.
Kejeniusan Maomao harus diselubungi keheningan, demi bisa terus bertahan hidup di sistem yang tak adil.
Solidaritas Diam-diam di Dunia Hiburan
Di distrik hiburan, para perempuan mungkin tampak lemah di mata penguasa. Tapi jangan remehkan kekuatan solidaritas mereka.
Ketika seorang kurir istana menyebabkan kematian salah satu dari mereka, para pekerja seks tak tinggal diam.
Mereka menyusun balas dendam dalam diam—bukan dengan kekerasan terang-terangan, tapi dengan rencana yang cermat dan diam-diam.
Maomao melihat perlawanan ini sebagai bentuk keberanian.
Di tengah tekanan dan keterbatasan, para perempuan ini tak hanya bertahan, tapi juga melawan dengan cara mereka sendiri.
Sebuah Cermin Feodal untuk Realita Modern
Anime The Apothecary Diaries Season 2 bukan sekadar tontonan misteri dengan bumbu obat-obatan dan intrik istana. Ia adalah cermin, yang memantulkan kenyataan pahit soal peran gender dalam masyarakat yang dikendalikan pria.
Lewat kisah-kisah kecil yang personal namun tajam, kita diajak merenung—sejauh mana perempuan harus berjuang hanya untuk diakui?
Dan justru karena itulah, anime ini layak mendapat tempat di daftar tontonanmu. Bukan cuma karena ceritanya seru, tapi juga karena ia punya nyali untuk bicara tentang hal-hal yang sering disenyapkan.