KLIK ANIME – Siapa sangka anime dengan karakter utama seekor alien imut dari “Planet Bahagia” justru menjadi salah satu tontonan paling depresif tahun ini?
Takopii no Genzai, yang baru saja menayangkan episode perdananya pada 30 Juni 2025, langsung menyita perhatian warganet.
Visualnya yang lucu dan penuh warna ternyata menyimpan tragedi dan emosi yang lebih kelam dari yang bisa dibayangkan.
Jangan tertipu oleh wajah polos si Takopi, karena di balik ekspresi polos itu, ada trauma, penderitaan, dan luka batin yang tak terkatakan.
Episode Pertama Langsung Menghantam Emosi
Episode pertama dari Takopii no Genzai sukses membuat banyak penonton tercengang bahkan menangis.
Banyak yang datang dengan ekspektasi menonton anime ringan dan menyenangkan, namun justru disambut dengan kisah menyayat hati tentang anak perempuan bernama Shizuka Kuze yang mengalami bullying, pengabaian dari orang tua, dan hidup dalam kesepian mendalam.
Takopi, alien yang hanya tahu tentang “kebahagiaan”, mencoba membuat Shizuka tersenyum—namun usaha polosnya justru membawa konsekuensi tragis.
Dengan animasi yang digarap sangat sinematik, sudut kamera yang terasa seperti film layar lebar, dan musik latar yang menghantui, anime ini terasa sangat nyata, bahkan lebih nyata dari kebanyakan tontonan bertema depresi.
Beberapa adegan bahkan sukses membuat penonton merasa “trauma” secara emosional.
Tak sedikit yang langsung membaca manga-nya setelah menonton episode pertama karena begitu penasaran—dan tak sedikit pula yang malah makin terpuruk setelah tahu kisah lengkapnya.
Antara Pujian dan Kritikan Pedas
Anime ini memang menuai banyak pujian, mulai dari sinematografi, penulisan karakter, hingga keberanian mengangkat isu-isu berat seperti bunuh diri, kekerasan dalam rumah tangga, dan tekanan sosial pada anak-anak.
Tapi bukan berarti semua orang menyukainya. Beberapa kritikus menyebut bahwa anime ini terlalu menyederhanakan penderitaan, atau bahkan mengeksploitasi trauma demi efek dramatis.
Ada juga yang menilai karakter seperti Marina terlalu “dibenarkan” meski melakukan hal-hal yang kejam.
Salah satu ulasan pedas bahkan menyebut anime ini sebagai “versi gagal dari A Silent Voice” dan “pesan moralnya usang”.
Namun bagi banyak orang, justru ketidaksempurnaan karakter-karakternya lah yang membuat kisah ini terasa manusiawi.
Kita tidak hanya diajak untuk memahami Shizuka sebagai korban, tapi juga untuk melihat sisi gelap dari para pelaku bullying—dan mungkin, mencoba memahami luka yang juga mereka bawa.
Anime Bertopeng Ceria, Namun Menusuk Hati
Yang membuat Takopii no Genzai begitu mengguncang adalah kontrasnya.
Visual lucu dan warna-warna pastel yang biasanya identik dengan genre anak-anak justru digunakan untuk menggambarkan kegelapan hidup.
Suara Takopi yang ceria dan tingkah lakunya yang polos malah jadi penekanan betapa mengerikannya dunia manusia di matanya.
Kita menyaksikan makhluk yang tidak mengenal rasa sakit, perlahan-lahan dirusak oleh kenyataan pahit kehidupan di Bumi.
Banyak penonton yang bisa relate dengan pengalaman Shizuka, bahkan mengaku pernah berada di posisi yang sama—tersenyum di luar, tapi hancur di dalam.
Di sisi lain, karakter Takopi juga merepresentasikan mereka yang ingin membantu, tapi tidak tahu cara yang benar—yang akhirnya justru memperburuk situasi meskipun niatnya tulus.
Tontonan yang Berat, Tapi Layak Disimak
Takopii no Genzai jelas bukan untuk semua orang. Anime ini berat secara emosional, dan bagi sebagian orang, bisa sangat memicu.
Tapi jika kamu siap untuk menyelami cerita yang menggugah dan penuh makna, ini adalah tontonan yang akan membekas lama setelah episode terakhirnya berakhir.
Takopi bukan hanya tentang alien dan senyum, tapi tentang luka, empati, dan harapan kecil yang tersisa di tengah kegelapan.
Meskipun baru satu episode tayang, banyak yang sudah berani menyebutnya sebagai calon anime terbaik tahun ini—atau setidaknya, salah satu yang paling berani.
Namun satu hal yang pasti: Jangan anggap enteng peringatan di awal episode. Karena begitu kamu menontonnya, kamu tidak akan sama lagi.